Setelah
mafia bawang berhasil tahan supply ke pasar dan akibatkan harga naik, sekarang
mereka paksa pemerintah loloskan impor ilegal. Setiap kebijakan swasembada
pangan, gangguan utama menteri2 terkait adl mafia impor pangan.
Mereka bisa
mainkan supply & harga Sebagai
pedagang, mafia impor pangan maunya kuota sebesar-besarnya. Bahkan mereka juga
pakai tangan negara pengekspor untuk pressure. Jika tunduk pada mafia impor
pangan, pihak pertama yang dirugikan adalah petani yang sudah lama termiskinkan
secara struktural
Swasembada
pangan butuh 2 hal : kebijakan afirmatif dan protektif. Musuhnya adalah rezim
pasar bebas. Diperlukan ketegasan. Rezim Soeharto berhasil dalam kebijakan
afirmatif & protektif. Tapi diikuti politik batasan harga tertinggi untuk
jaga konsumen.
Politik
batasan harga tertinggi membuat nasib petani tidak juga diuntungkan, meski
ditopang oleh subsidi sektor pertanian. Swasembada pangan juga butuh integrasi
kebijakan dan program. Pencetakan sawah baru misalnya jd wewenang dan tugas
menteri PU.
Revitalisasi
infrastruktur irigasi untuk atasi musim kemarau juga wewenang dan tugas menteri
PU. Ini sbg satu contoh. Saat cadangan pangan nasional turun, kebijakan kran
impor jadi wewenang dan tugas menteri perdagangan.
Untuk
memastikan kelancaran distribusi pasokan ke pasar, terkait dengan urusan
infrastruktur perhubungan dan transportasi. Saat terjadi fluktuasi supply dan
harga, ada fungsi dan peran BULOG yang bisa lakukan operasi pasar krn mereka yg
simpan stok.
Jadi
swasembada pangan adl tgjwb negara bukan hanya 1-2 kementrian teknis. Ada Menko
ada Presiden disitu. Dihilirnya, kebijakan swasembada pangan juga harus
diamankan dengan penegakan hukum. Ini domain Polri. Yang nakal jangan
dibiarkan.
Kebijakan
swasembada pangan terpulang juga pada konsep tata-ruang & peruntukan lahan.
Ini Urusan Pemda. Semenatara problem klasik adalah Pemda2 sdh jd raja2 kecil
dlm kelola tata-ruang dan peruntukan lahan. Faktanya lahan makin sempit.
Masyarakat
petani yang terus termiskinkan picu urbanisasi berkelanjutan. Lahan pertanian
berganti fungsi, orangnya pun makin habis. Sejak periode lalu, Pres SBY pernah
canangkan landreform 2 juta ha tuk lahan pertanian, realisasinya? Ah cuma
mimpi.
Jadi selain
bawang, msh banyak komoditi pangan lain yang bisa dimainkan sebagai isu untuk
beragam kepentingan. Masyarakat baik konsumen maupun petani, banyak tak tahu
apa soal besar di baliknya. Unsur-unsur Pemerintah hanya saling menyalahkan.
Saat bicara
kebijakan makro tuk temukan solusi tuntas, sering kita terjebak berkutat pada
kasus di level mikro. Useless!
- @MahfudSiddiq
Posting Komentar